Salam dan bahagia ibu dan bapak guru
Selamat datang kembali di modul hukuman versus konsekuensi versus restitusi
Pada materi sebelumnya kita sudah belajar mengenai restitusi dan cara membuat keyakinan kelas yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal
Nah di modeu kali ini kita akan belajar lebih banyak mengenai praktik restitusi di dalam kelas.
"Desma itu mainannya masih berantakan di lantai"
"Aku mau pulang pak"
"Iya bapak mengerti Kalau kamu mau pulang, tapi mainannya belum dirapikan. Kamu ingat nggak Apa keyakinan kelas kita "
"Aku lupa"
"Itu ada di posternya"
"Bapak bantu bacakan ya, Setiap murid dan guru harus menjaga kebersihan dan kenyamanan kelas, ini gambarnya"
"A"ku salah ya pak.
"Setiap orang pernah salah kok, Bapak juga pernah Bapak juga mengerti kamu pasti buru-buru ingin pulang tapi kita harus lakukan hal yang sudah kita sepakati"
"Coba Bapak mau tanya Risma tahu tidak kira-kira apa salahnya Desma?"
"Tidak merapikan mainan, Jadi kalau mainin belum dirapikan"
"Bagaimana ya cara kita perbaiki masalahnya?"
"hmm aku harus rapiin mainannya Pak kalau tidak Nanti mainannya ilang dan kelas kotor
"Tunggu ya Pak"
"Iya Ditunggu, Terima kasih ya Desma sudah mau merapikan"
Ibu dan bapak guru sekalian dari cerita tadi kita melihat contoh sudah adanya praktik restitusi yang berjalan di dalam kelas pak Olan dan murid di kelas sudah mempunyai keyakinan kelas yang ditempel di dinding kelas. Saat kita sudah membuat keyakinan kelas, sebenarnya kita sudah maju selangkah untuk menerapkan konsep restitusi
Masalah kemudian muncul pada saat penerapannya
Meskipun Desma masih ada di jenjang PAUD, tapi Desma sudah mengerti kesalahannya. Dia juga tahu bagaimana langkah selanjutnya untuk memperbaiki masalahnya. Hal ini tidak luput dari peran pak Olan saat menjalankan restitusi pak Olan membantu mengingatkan keyakinan kelas yang telah disepakati sehingga Desma mengerti dampak yang akan terjadi.
Mari kita ingat kembali langkah dalam melakukan restitusi
Pak Olan sudah melakukan Sisi pertama segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas murid. Pak Olan membuka ruang empati bahwa murid juga bisa berbuat salah
Dia mengingatkan dan mengerti kesalahan Desma tetapi bukan berarti membenarkan kesalahannya ia menyadari bahwa ini merupakan hal normal
Ibu dan bapak guru masih ingatkah tentang betapa bahasa tubuh dan intonasi suara sangat berperan penting dalam penyampaian informasi, begitu kita sudah mulai masuk ke dalam proses restitusi kita harus berhati-hati dalam berekspresi
Perhatikanlah letak tangan, tatapan, mimik wajah, intonasi suara, pemilihan kata, atau bahasa tubuh yang lain.
Setelah menstabilkan identitas murid, murid sudah merasa tenang, tidak lagi merasa sedih dan emosional maka dialog untuk menyelesaikan masalah bisa mulai dilakukan
Kita bisa mulai dengan melakukan Sisi kedua dalam proses restitusi, yaitu menvalidasi tindakan yang salah dengan cara menganalisis kebutuhan dasar murid
Apakah yang berusaha ia penuhi dan Apa alasannya melakukan ini?
Tanyakanlah dengan nada rendah dan netral
Berikan pertanyaan terbuka
Kita tidak perlu teriak-teriak, menggunakan nada suara tinggi, apalagi dengan menggunakan kata-kata dan ekspresi yang mengintimidasi.
Selain energi kita yang terkuras murid juga tidak akan terbuka dan nantinya akan sulit bagi dia untuk menemukan solusi atas permasalahannya
Mari kita coba mengerti kebutuhan dasar Desma, saat dia tidak mau merapikan mainannya dan bel sekolah sudah berbunyi, Desma sebenarnya mencari kebebasan
Kebebasan dari rutinitas sekolah dia ingin segera pulang, oleh sebab itu tidak mau merapikan mainan adalah cara yang ia pilih dan pak olan mengerti akan hal itu
Setelah kita memfasilitasi tindakan anak yang salah, mari masuk ke sisi segitiga yang terakhir yaitu menanyakan keyakinan.
Pak Olan sudah menanyakan keyakinan kelasnya, meskipun Desma menjawab lupa pak Olan membantu membacakan dan menunjukkan gambarnya sehingga Desma terpancing untuk berpikir langkah yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahannya.
Dengan menggunakan teknik ini Desma mengerti dampak dari kesalahannya sehingga dia tahu solusi terbaik
Sampai disini proses restitusi Desma berhasil dan selesai
Proses restitusi memang tidak terjadi secara instan di dalam kelas. Kita perlu mengupayakan cara agar murid terbiasa untuk menganalisa kesalahan dan bisa memperbaikinya.
Tetapi pada penerapannya tidak semua murid seperti Desma. Banyak murid yang tidak mau menjawab atau diajak berdiskusi. .Ada yang memilih diam atau bahkan menjawab tidak tahu pada semua pertanyaan kita
Jika kita menghadapi kasus seperti ini Langkah apa yang bisa kita lakukan ?
- Diane Gossend mengungkapkan teknik 30 detik bertanya untuk menghadapi kasus menantang seperti murid yang diam saja, atau menjawab tidak tahu.
- Teknik 30 detik ini merupakan cara cepat untuk mengembalikan murid tanpa melakukan semua tahapan restitusi.
- Betanyalah secara singkat dan tetap monitor murid saat sesi tanya jawab berlangsung. Beri murid jeda waktu untuk menjawab pertanyaan, sabarlah dalam menunggu, dan pakailah kalimat yang positif.
Beberapa pertanyaan yang disarankan oleh Diane Gossend adalah:
- Menurutmu apakah tindakan yang kamu lakukan benar?
- Apakah kamu ingat akan nilai-nilai yang kita percayai?
- Apa tugasmu disekolah?
- Kapan kau siap untuk memulai (menjawab atau melakukan solusinya)?
- Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu..(dalam hal melaksanakan solusinya)?
- Apa kesepakatannya? Apakah kamu sanggup melaksanakannya?
- Apa yang seharusnya bisa kita lakukan untuk memperbaiki situasi ini?
- Sepertinya kamu menemukan kesulitan, bagaimana aku bisa membantu?
- Apakah kamu ingin menemukan solusi lainnya yang lebih baik? Bagaimana aku bis membantu?
- Menurutmua apa yang kamu lakukan sekarang ini membantu atau melanggar kesepakatan?
Jika pada saat ini kita bertanya ternyata murid masih diam atau tetap menjawab tidak tahu tetaplah tenang lalu lanjutkan pertanyaan selama tiga menit.
Hindari pertanyaan yang bersifat menyudutkan seperti
- Kamu kan yang melakukannya?
atau
- Kamu tahu kan kamu tidak boleh melakukan itu?
Murid cenderung akan menutup diri
Saat murid diam saja atau menjawab Tidak tahu, terima lah dulu keadaannya, kemudian kita Jelaskan bahwa keadaan ini akan dibahas kembali ketika semuanya sudah lebih tenang
Ungkapkan juga pada murid, harapan Kita di pertemuan berikutnya seperti Semoga kita bisa mendapatkan solusi yang terbaik nanti
Jika pada saat diskusi lanjutan murid tetap memilih diam atau menjawab tidak tahu, kita bisa membuka ruang empati dengan menceritakan refleksi kita
Ceritakanlah pengalaman saat kita berbuat salah yakinkan pada murid kita bahwa tidak apa-apa berbuat salah ibu dan bapak guru pun pernah berbuat salah
Katakan padanya bahwa kita tidak marah dan ingin membantu dia untuk menyelesaikan masalahnya
Keadaan mungkin lebih sulit untuk murid jenjang PAUD.
Saat murid tidak menjawab kita mungkin menduga-duga apakah arti diamnya
Apakah dia tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti beberapa pertanyaan akan susah untuk dijawab oleh karenanya kita bisa memberikan gambaran kondisi nyata akan dampak kesalahannya
Berikan stimulasi pada murid melalui beberapa pertanyaan seperti
- Jika mainin tidak dirapikan maka Apa yang akan terjadi ya?
- Apakah kelas akan nyaman kalo berantakan begini?
atau
- Apakah kita bisa yakin senangnya tidak hilang atau rusak jika dibiarkan berantakan di lantai?
Dengan beberapa pertanyaan stimulasi seperti ini murid akan memaknai kembali keyakinan merapikan mainan dan membuat kelas bersih dan nyaman
Ibu dan bapak guru sekalian, sekian materi restitusi dikelas ini diharapkan dengan materi ini kita lebih siap untuk menerapkan restitusi di kelas kita juga mendapatkan gambaran mengenai beberapa tantangan yang mungkin dihadapi ibu dan bapak guru kira-kira Apakah ada tantangan lain yang mungkin kita temui dalam penerapan proses restitusi Bagaimana kita dapat menghadapinya?
Semangat belajar terus ya
Ibu dan bapak guru salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat
Link Video Silahkan Klik Disini
Baca juga tentang: