Hukuman (Eps 2 LU 4 Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi)


Hukuman (Eps 2 LU 4 Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi)

Salam dan bahagia ibu dan bapak guru 

Selamat berjumpa kembali

Kita masih di serial modul hukuman versus konsekuensi versus restitusi 

Kali ini kita akan belajar mengenai konsep hukuman dalam penerapan disiplin positif di sekolah 

"Rina, Kamu tahu salah apa"

"Iya Bu maaf tapi saya ketinggalan"

"Ketinggalan terus lain kali dibawa toppinya supaya kamu nggak kepanasan, sudah sana berdiri di lapangan hormat dibawah Tiang Bendera selama 15menit"

Ibu dan bapak guru Apakah familiar dengan cerita pembuka tadi 

Dalam proses pendidikan sekolah yang kita pernah alami kita mungkin pernah mendapatkan hukuman seperti yang dialami Rina 

Saat ibu dan bapak mendapatkan hukuman apa yang paling diingat? Hukumannya, kesalahannya, pesan dari hukumannya atau yang  lain

Kita mengerti maksud Bu Sinta adalah ingin membuat Rina menjadi murid yang mematuhi peraturan sekolah tetapi kira-kira pesan apa yang Rina dapat setelah selesai menjalani hukumannya 

Pada materi sebelumnya kita mempelajari bahwa motivasi yang diciptakan oleh Hadiah atau pujian tidak akan menumbuhkan kesadaran diri murid 

Bagaimana dengan cara bercinta yang memberikan hukuman Apakah hal tersebut bisa menumbuhkan kesadaran diri Rina untuk menjadi disiplin?

Mari kita evaluasi bersama terdapat kata-kata Bu Sinta yang menjatuhkan Rina, lalu terdapat juga bahasa tubuh yang intimidatif seperti menunjuk nunjuk disertai intonasi suara yang tinggi 

Semua perlakuan ini akan membentuk konsep diri yang negatif pada Rina. Ia bisa menjadi tidak percaya diri terlebih dia dihukum di depan teman-temannya dan harus berdiri sendirian

Ini bukan situasi positif yang mendukung murid kearah disiplin jangka panjang 

Ibu dan bapak guru masih ingatkah saat kita belajar materi restitusi disiplin diri atau RDD

Guru diajak untuk menciptakan kondisi yang positif yaitu keadaan tanpa paksaan dan kekerasan termasuk bahasa yang intimidatif intonasi suara yang tinggi atau mimik muka yang menyeramkan

Jika kondisi positif tercipta maka pesan kita dapat tersampaikan dengan baik untuk membantu menciptakan kondisi positif Diane Gossen mengklasifikasi tiga faktor utama yang harus diperhatikan 

Mari kita lihat diagram lingkaran berikut ini 


Dalam diagram ini terlihat bahwa bahasa tubuh mempunyai peranan terbesar yaitu sebesar 55%, intonasi suara sebanyak 35%, dan pemilihan kata yang digunakan sebesar 10% 

Ibu dan Bapak guru saat kita berkomunikasi dengan murid yang melanggar aturan tentu kita berharap ia mengerti dan sadar akan ke Khan dan tanggung jawabnya 

Oleh sebab itu perhatikanlah bahasa tubuh dan intonasi suara, terlebih pada murid jenjang pendidikan rendah seperti PAUD yang lebih mudah menangkap pesan dari bahasa tubuh dan intonasi yang kita keluarkan 

Pada kasus Rina Apakah ia menangkap pesan yang ingin disampaikan?

Bu Sinta bilang loh bahwa topi itu untuk melindungi dari panas, tetapi pesannya tidak sampai karena kesan pertama yang ditangkap Rina adalah kondisi yang tegang menakutkan dan dia tahu bahwa dia bersalah 

Dengan cara penyampaian dan hukuman seperti itu kesan yang Rina terima Bukankah aku mengerti kesalahanku dan harus memperbaiki Melainkan aku salah dan ini hukuman buat aku 

Pada praktik pendisiplinan menggunakan bentuk hukuman kita menghadirkan situasi paksaan atau tampilan kekerasan pada murid, seharusnya kita ingat lagi bahwa merupakan hal yang normal bagi manusia untuk berbuat salah, sehingga kita dapat hadirkan ruang empati bagi mereka dengan demikian mereka menjadi lebih terbuka untuk mengevaluasi kesalahannya dan tidak Mengulangi kesalahan yang sama 

Mari kita lihat kembali pada kasus Rina Bu Sinta memintanya untuk berdiri di lapangan apakah bentuk hukuman ini bermakna dan mempunyai relevansi dengan kesalahan Rina?

Diane Gossen mengungkapkan bahwa dalam hukuman tidak ada korelasi logis antara kesalahan dan solusi yang dipilih untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan pada konsep hukuman murid tidak diajak berdiskusi dalam pemecahan masalah hanya guru yang menentukan, akhirnya murid tidak belajar makna dibalik tanggung jawabnya 

Ibu dan bapak guru Pernahkah mengalami kejadian dimana murid tidak mengulangi kesalahannya setelah kita beri hukuman?

  • Apakah ini tandanya murid berhasil disiplin setelah dihukum?
  • Lalu apakah disiplinnya berasal dari kesadaran diri?

Mari kita ingat lagi material perilaku murid level 1, yaitu murid melakukan tindakan untuk menghindari rasa sakit 

Hukuman yang kita lakukan dapat membuat murid menjadi malu rasa bersalah dan rendah diri 

Di sisi lain hukuman ini juga bisa berdampak buruk pada kinerja kita ketika murid tetap melakukan kesalahan yang sama Padahal sudah berkali-kali dihukum, pada akhirnya kita akan merasa putus asa dan membiarkan saja murid melakukannya lagi 

Energi kita sudah habis rasanya, jika situasinya seperti ini apakah akan ada dampak yang positif dari hukuman

Ibu dan bapak guru sekalian mari kita ingat lagi bahwa sebagai guru tugas kita bukan hanya untuk mengajar tetapi juga mendidik murid secara menyeluruh dan Utuh 

Dengan memberlakukan hukuman pesan apa yang kita sampaikan pada mereka?

Apakah ada Perkembangan positif yang didapat?

Hukuman tidak menjamin murid menjadi disiplin dan sama seperti hadiah hukuman juga melahirkan ke taatan jangka pendek.

Lalu Bagaimanakah cara agar murid menjadi disiplin dengan konsep ketaatan jangka panjang 

Kita akan pelajari pada materi selanjutnya ya

Ibu dan bapak guru yang hebat dengan kita mengenali dan memahami konsep hukuman kita sudah bisa mulai merefleksikan bagaimana proses penerapan disiplin kita selama ini 

Mari kita lihat lagi Bagaimana kita bisa memperbaiki praktik pendisiplinan kita 

Salam bahagia ibu dan bapak guru hebat

Link Video Silahkan Klik Disini 

Baca Juga Tentang:

Link Ke: