Pendidik sebagai Coach bagi Peserta Didik 1

 


Pendidik sebagai Coach bagi Peserta Didik 1

"Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat", demikian menurut Ki Hajar Dewantara

"Sedang apa sih Pak?"

Coaching dapat menjadi salah satu cara untuk menuntun kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik dan guru dapat berperan sebagai coach bagi peserta didiknya 

"Pak Apa sih Pak? Lalu coaching itu apa?"

"Ya ampun Bu ini loh, Saya sedang membaca perihal coaching."

Coaching itu adalah proses menghantarkan seseorang dari situasi dimana dia saat ini berada, ke situasi yang diinginkannya di masa depan 

"Menurut Internasional Coaching Federation, coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalisme klien."

"Aduh saya harus belajar banyak nih, ayo pak Belajar bareng saya."

Salam dan bahagia teman-teman pendidik di seluruh Indonesia, pada saat pendidik berperan sebagai coach maka ia adalah Mitra bagi peserta didiknya.

Siswa dianggap mampu untuk menemukan sendiri bagaimana ia dapat mewujudkan situasi yang ia inginkan di masa depan. 

Guru melakukan percakapan yang memberdayakan untuk memaksimalkan potensi peserta didik. Guru mendengarkan untuk memahami dan melontarkan pertanyaan agar peserta didik mendapatkan kesadaran baru akan situasi yang sedang dihadapi dan situasi yang ia inginkan di masa depan.

Untuk dapat berperan sebagai coach bagi peserta didiknya guru perlu memiliki paradigma berfikir coaching dan memegang prinsip coaching dalam berinteraksi dengan peserta didiknya 

Paradigma berpikir coaching ada 4, yaitu:

1. Fokus Pada Peserta Didik

2. Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu

3. Memiliki Kesadaran Diri Yang Kuat

4. Melihat Peluang Baru dan Masa Depan

Mari kita bahas satu persatu

1. Paradigma berpikir coaching yang pertama adalah fokus pada peserta didik, berikut penjelasannya:

Mari kita simak contoh percakapan antara seorang pendidik dengan peserta didik kelas 11  

Guru: "Andi, Katanya kamu mau cari bapak ada apa?"

Andi: "ini Pak sebulan lagi saya kan mengikuti lomba debat tapi saya masih belum siap" 

Guru: "Oh jadi sebulan lagi mau ada lomba debat dan kamu belum siap, Lantas apa yang kamu harapkan dari lomba itu?"

Andi: "ya Aku pengennya minimal masuk ke babak berikutnya Pak 

Guru: "babak berikutnya ya, lalu Menurut kamu apa yang perlu kamu kembangkan dari diri kamu?"

Andi: "ya Aku perlu menambah rasa percaya diri untuk menyampaikan argumentasiku Pak"

Guru: "Oh menambah rasa percaya diri ya, sudah ada ide apa untuk menambah rasa percaya diri kamu?" 

Andi: "baca-baca berita terkini dan pengetahuan umum, latihan berbicara di depan cermin" 

Guru: "Oh begitu ya, lalu apalagi?"

Perhatikan pada saat peserta didik berkata: 

"Tapi saya merasa belum siap"

Guru tidak berfokus pada situasi peserta didik yang merasa belum siap untuk mengikuti lomba debat,  sebagai wujud dari paradigma berpikir coaching fokus pada peserta didik, guru fokus pada Bagaimana peserta didik dapat maju sesuai keinginannya dengan berkat:

"Lantas apa yang kamu inginkan sehubungan dengan lomba itu?"

"Supaya kamu bisa masuk babak berikutnya, Apa yang perlu kamu kembangkan dari diri kamu?"

Yuk kita masuk ke paradigma 2 

2. paradigma bersikap terbuka dan ingin tahu  

Agar pendidik dapat bersikap terbuka, pendidik perlu selalu berpikir Netral terhadap apapun yang dikatakan atau dilakukan peserta didik. 

Jika ada penghakiman atau asumsi yang muncul di pikiran guru atas jawaban peserta didik maka pendidik mengubah pikiran tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengkonfirmasi penghakiman atau asumsi itu secara hati-hati.

Guru tetap perlu mampu menerima pemikiran peserta didik dengan tenang dan tidak menjadi emosional pada saat peserta didik berkata sesuatu yang dinilai tidak baik, guru juga perlu memelihara rasa ingin tahu untuk membantu dan memahami situasi peserta didik.

Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah:

Mari beralih ke paradigma ketiga 

3. paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang kuat.

Kesadaran diri yang kuat membantu pendidik untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan peserta didik.

Pendidik juga perlu menangkap adanya emosi atau energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan baik dari dalam diri sendiri maupun peserta didik 

4. Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah melihat peluang baru dan masa depan

Pendidik perlu mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa peserta didik melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan kucing juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi bukan pada masalah karena pada saat kita berfokus pada solusi kita menjadi lebih bersemangat dibanding jika kita berfokus pada masalah 

Agar peserta didik bisa melihat peluang baru dan fokus pada masa depan, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta didik:

  • Tadi kamu sudah cerita tentang situasi kamu saat ini, lalu situasi seperti apa yang kamu inginkan di masa depan?
  • Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk mewujudkan situasi ideal tersebut?
  • Ada Peluang apa saja yang kamu miliki?

Selain paradigma, ada tiga prinsip coaching yang perlu dipegang oleh guru pada saat berkomunikasi yaitu:

  1. kemitraan,
  2. percakapan kreatif,
  3. memaksimalkan potensi.

kemitraan ditandai oleh adanya tujuan percakapan yang disepakati antara pendidik dan peserta didik. Idealnya tujuan datang dari peserta didik pendidik dapat mengusulkan tujuan percakapan atas persetujuan peserta didik. Contoh percakapannya adalah sebagai berikut:


Prinsip yang kedua adalah percakapan kreatif, yang berarti berlangsung dua arah harap diperhatikan,  idealnya peserta didik yang lebih dominan berbicara dibanding pendidik.

Tujuan percakapan adalah 

untuk menggali dan memetakan situasi peserta didik, sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru dari peserta didik. Lebih lanjut, mendengarkanlah lebih banyak dan Ajukan pertanyaan yang memprovokasi peserta didik untuk berpikir.

Dengan begini peserta didik dapat menggali ke dalam dirinya, memetakan situasi yang sedang dia hadapi, dan menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.

Harap diperhatikan untuk menahan diri untuk tidak memberi nasihat, saran, atau mengajari 

Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi.

Setiap percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh peserta didik dan dan menghasilkan rencana tindakan.

Contoh percakapan yang adalah sebagai berikut:


Teman-teman guru di seluruh Indonesia, Baru saja kita sudah belajar Bagaimana seorang pendidik dapat berperan sebagai coach bagi para peserta didiknya.

Di video berikutnya kita akan belajar tentang kompetensi coaching dan alur percakapan coaching TIRTA

Sampai jumpa


Link Video Silahkan Klik Disini

Infografis:

Link