Pendidik sebagai Coach bagi Peserta Didik (2)
Halo salam dan bahagia teman-teman guru seluruh Indonesia, kita berjumpa lagi.
Dalam video ini kita akan mempelajari tentang 8 kompetensi inti coaching dan alur percakapan coaching Tirta
Yuk kita belajar lebih dalam tentang coaching. Menurut ICF - internasional coaching Federation - ada 8 kompetensi inti coaching
Tetapi untuk menerapkan coaching di lingkup sekolah ada 3 dari 8 kompetensi inti coaching yang perlu dipahami diterapkan dan dilatih terus-menerus oleh guru
Oh ya memang tiga kompetensi inti itu apa saja Pak?
Tiga kompetensi inti coaching yang perlu dikuasai oleh guru adalah:
1. Kompetensi inti pertama adalah kehadiran penuh atau presence
Ibu dan bapak menghadirkan diri sepenuhnya penting untuk dilatih agar kita bisa selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar dan ingin tahu lebih banyak tentang peserta didik. Oleh sebab itu hadirkanlah Kompetensi ini di sebelum dan selama percakapan. Tidak ada satu cara yang terbaik untuk dapat menghadirkan presence. Silahkan temukan cara yang paling efektif agar kita bisa hadir sepenuhnya sebelum dan selama melakukan percakapan. Salah satu contoh kegiatan untuk menghadirkan presence adalah dengan melakukan kegiatan berjeda atau kegiatan lain yang bisa membantu kita untuk fokus
2. Kompetensi inti kedua adalah mendengarkan aktif atau menyimak
Ibu dan bapak, Jika kita ingin berperan sebagai coach bagi peserta didik kita akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Ini merupakan salah satu keterampilan utama dalam coaching. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada peserta didik yaitu sebagai Mitra bicara. Sebagai seorang guru, mari kesampingkan Agenda pribadi atau apapun yang ada di pikiran kita agar bebas dari penilaian, penghakiman, pelabelan atau asumsi. Kemampuan mendengarkan aktif ini perlu dilatih supaya kita fokus pada hal yang dikatakan oleh coachee atau peserta didik. Dengan demikian kita memahami keseluruhan makna yang Bahkan tidak terucapkan
Ada tiga hal yang biasanya menghambat kita mendengarkan aktif, yaitu:
1. Asumsi
2. Melabel atau menghakimi
3. Asosiasi
Mari kita bahas satu persatu
Asumsi adalah sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi yang belum tentu benar. Perhatikan contoh berikut ini:
Pada saat asumsi muncul di pikiran kita, sadari bahwa pikiran itu ada kemudian mengkonfirmasinya kepada peserta didik. Sebagai contoh:
Penghambat mendengar aktif kedua adalah menghakimi atau label.
Memberi label atau menghakimi peserta didik dalam situasi sebelum dan pada saat percakapan dilakukan. Pada saat kita akan melakukan percakapan dengan peserta didik yang kita anggap nakal, biang kerok, pendiam, tertutup, anak baik-baik, dan sebagainya. Itu semua adalah label yang kita berikan kepada dia
Kita perlu menghilangkan atau setidaknya meminimalkan pikiran tersebut sebelum dan selama percakapan.
Saat percakapan berlangsung kemudian muncul label-label seperti:
"Wah Sepertinya dia orang yang tidak ulet, antusias, rajin, dan sebagainya."
Jika ini muncul, maka kita dapat menyadarinya, kemudian kembali fokus mendengarkan
Ibu dan bapak penilaian kita terhadap kejadian itu tidak penting, yang penting adalah bagaimana peserta didik menilai dirinya sendiri, sebagai contoh:
Jika pelabelan ini masih tetap muncul pada saat percakapan, maka kita dapat memfokuskan pada apa yang peserta didik lakukan dan katakan pada saat percakapan.
Penghambat pendengar aktif terakhir adalah asosiasi
Pada saat peserta didik menceritakan sebuah kejadian yang dia alami kemudian kita teringat dengan kejadian yang kita alami pada saat itu potensi asosiasi muncul
Potensi asosiasi muncul pada saat kita mulai mengaitkannya dengan pengalaman pribadi kita pada saat itu terjadi kita akan cenderung untuk mengarahkan atau menasehati
Pada saat ini muncul yang perlu kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus kepada peserta didik dengan cara:
- Mengingatkan diri kita bahwa percakapan ini adalah tentang peserta didik bukan tentang kejadian yang pernah kita alami
Saat menyimak atau mendengarkan aktif elemen pertama yang perlu diperhatikan adalah menangkap kata kunci yang terucap oleh peserta didik. Kata kunci biasanya mengandung makna yang tidak terucapkan dan perlu digali agar peserta didik dapat terbantu untuk lebih memahami situasi yang sedang dihadapinya.
Berikut adalah ciri-ciri kata kunci:
3. Kompetensi inti ketiga adalah melontarkan pertanyaan berbobot
Pertanyaan yang kita ajukan diharapkan menggugah peserta didik untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikirannya, juga memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya. Selanjutnya pertanyaan berbobot ini diharapkan menstimulus peserta didik untuk mengungkapkan emosi atau nilai dalam dirinya dan dapat mendorong peserta didik untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensinya
Ciri-ciri pertanyaan berbobot adalah
Mari kita lihat Apa saja ya kiat-kiat yang dapat kita coba untuk melontarkan pertanyaan berbobot
Ibu dan bapak, Berikut ini adalah salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.
RASA merupakan akronim dari
- Received,
- Appreciate,
- Summarize, dan
- Ask
Ibu dan bapak kompetensi inti coaching sudah kita pelajari, sekarang kita saatnya belajar alur percakapan coaching TIRTA, Apa itu ya?
Alur percakapan ini digunakan untuk membantu agar percakapan menjadi efektif dan bermakna. TIRTA adalah singkatan dari
- Tujuan
- Identifikasi
- Rencana aksi dan
- TAnggung jawab
infografis alur percakapanTIRTA
Link