Salam dan bahagia, ibu dan bapak guru
Sebelumnya kita telah belajar tentang elemen mengenal dan menghargai budaya sebagai permulaan dalam dimensi berkebhinekaan Global
Kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai elemen kedua yaitu komunikasi dan interaksi antarbudaya
"Swasti dikelasmu ada anak baru kah?"
"Iya loh dia pindahan dari Sumatera"
"Jauh sekali tapi terus sih punya kawan baru."
"Ah tapi kami kurang cocok dengannya Daya, bicaranya keras, galak maning"
"Masak saya jadi takut eh"
"Hei..hei, Tunggu berhenti"
"Iya ada apa ya?"
"Ini loh kau jatuhkan uang dari sakumu tadi"
"Astaga itu uang uang jajanku, eh Makasih ya"
"Sama-sama, kau anak kelas lima juga ya"
"Oh iya kamu anak baru toh"
"Ya aku berpindah seminggu di sini Namaku Metias"
"Ah iya aku Daya, tadi aku kaget sekali pas kamu berteriak, Saya kira ada apa"
"Hahaha...maaf ya bikin kumu kaget, Tapi aku tidak pernah sok marah-marah"
"Kau mau ke perpustakaan ya?, Kebetulan aku mau pinjem buku kesana"
"Ah betul kamu suka baca buku juga bareng yuk"
Nah ibu dan bapak guru kita telah menyaksikan percakapan antara Daya dan Matias yang awalnya tak saling kenal. Daya sempat menyimpan prasangka yang membuatnya takut berbicara dengan Mathias namun prasangka itu Luruh saat komunikasi positif terjalin antara mereka
Hal berbeda mungkin terjadi jika mereka sama-sama menutup diri. Situasi tersebut terasa dekat dengan kehidupan kita sehari-hari ya
Ibu dan bapak guru sekalian mari kita renungkan terlebih dahulu bagaimana kita selama ini mengajarkan kepada murid-murid kita agar menghargai perbedaan diantara mereka.
Bagaimana pula sikap kita saat ada murid-murid yang enggan berinteraksi dengan teman yang berbeda dari dirinya. Era globalisasi mempermudah bertemunya individu dengan beragam latar belakang
Hal ini memungkinkan berbagai budaya saling mempengaruhi, berpadu, bahkan berselisih.
Nah komunikasi dan interaksi antarbudaya memiliki peran penting sebagai jembatan penghubung
Guru perlu membimbing murid untuk mampu berkomunikasi antar budaya serta menimbang dan menumbuhkan berbagai perspektif
Perbedaan budaya tidak hanya terkait bahasa, suku, bangsa atau adat-istiadat, perbedaan sosial ekonomi, profesi, keyakinan, bahkan gabungan dari semuanya juga termasuk dalam perbedaan budaya yang dapat menjadi tantangan berinteraksi
Kesadaran atas perbedaan dan kemauan untuk berkomunikasi antar budaya menjadi kunci tumbuhnya sikap menghargai kesetaraan. Berbagai dampak negatif seperti prasangka diskriminasi hingga perselisihan antar kelompok pun dapat diminimalisasi.
Lalu alur perkembangan seperti apa yang diharapkan dari sub-elemen ini?
Pada jenjang PAUD murid dapat dikenalkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya Hal ini penting untuk membangun kepercayaan diri dan menjadi pondasi dalam kemampuan komunikasinya kelak
Pada jenjang SD murid mengenali bahwa orang-orang menggunakan kata gambar dan bahasa tubuh Ia mendapat bermakna berbeda.
Di akhir fase murid kemudian memahami adanya persamaan dan perbedaan komunikasi di dalam atau antar kelompok budaya. Contohnya pada ilustrasi di awal video Mathias dan Daya menyadari adanya perbedaan pola komunikasi sehari-hari pemahaman ini diperkuat melalui tahap eksplorasi
Pada jenjang SMP sehingga murid mengenali berbagai faktor risiko dalam berkomunikasi antar budaya perkembangan murid
Pada jenjang SMA akan sampai ke tahap menganalisis hubungan antara bahasa pikiran dan konteks untuk memahami dan meningkatkan komunikasi antarbudaya
Sub-elemen yang kedua adalah menimbang dan menumbuhkan berbagai perspektif
Perbedaan latar belakang akan menumbuhkan berbagai perspektif terhadap sebuah peristiwa dan mempengaruhi cara berperilaku
Perspektif bukanlah alasan untuk memaksakan pendapat dengan mengajak murid berinteraksi dengan kelompok dari berbagai latar belakang murid menemukan bahwa ada banyak sudut pandang yang tumbuh terhadap suatu permasalahan
Lalu bagaimana alur perkembangan suplemen ini yang diharapkan pada setiap jenjang?
Pada jenjang PAUD murid dibiasakan menjalin interaksi sederhana dalam lingkungan keluarga dan sekolah pembiasaan yang konsisten diharapkan dapat membangun hubungan sosial yang positif antara murid dan lingkungan sekitarnya
Pada jenjang SD di awal fase ia dapat menyampaikan pandangannya dan mengidentifikasi sudut pandang orang lain yang berbeda dari dirinya.
Di akhir fase murid dapat membandingkan berbagai perspektif untuk memahami permasalahan sehari-hari
Pada jenjang SMP selain mengidentifikasi sudut pandang yang berbeda murid juga diharapkan dapat memberikan asumsi yang mendasari perbedaan tersebut dengan kemampuan empatinya mereka diharapkan dapat mendeskripsikan perasaan komunitas yang berbeda dari dirinya
Lalu bagaimana mengintegrasikan elemen ini ke dalam pembelajaran?
Pada jenjang PAUD dapat dimulai dari hal sederhana misalnya membiasakan 3S senyum, salam, sapa di lingkungan sekolah. Selain itu murid juga dapat diajak mengidentifikasi ciri khas dirinya lalu dimimpiin untuk memahami bahwa perbedaan tersebut tidak menghalangi mereka saling berteman
Pada jenjang SD pengenalan perbedaan budaya dapat dilakukan misalnya guru dapat menyapa murid dalam berbagai bahasa saat memulai pembelajaran. Murid juga dapat diajak menonton video atau film pendek lalu guru memantik diskusi melalui pertanyaan terbuka. Murid juga dapat dipertemukan dengan murid lain dari latar belakang budaya yang berbeda yang memungkinkan mereka saling mengenal dan berdiskusi contoh paling sederhana adalah aktivitas saling berkirim surat.
Pada jenjang SMP salah satu contohnya adalah Melalui aktivitas wawancara dalam pelajaran bahasa Indonesia. Misalnya murid menemui orang dari beragam latar belakang berdasarkan profesi atau lokasi yang ditentukan guru disitulah murid akan belajar menyesuaikan cara komunikasi saat melakukan wawancara
Pada jenjang SMA Salah satu caranya melalui aku atas bermain peran contoh saat pelajaran IPS murid berperan sebagai perwakilan negara-negara dengan perbedaan bahasa dalam pertemuan internasional guru menjelaskan bahwa perwakilan tersebut menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Inggris untuk berkomunikasi
Meskipun begitu mereka tetap membawa ciri khas masing-masing dalam pengucapannya yang berbeda-beda.
Secara umum pembelajaran juga dapat dilakukan melalui kegiatan bakti sosial ke panti wredha atau pasti asuhan. Hal ini bertujuan untuk mengasah empati dan menumbuhkan kemampuannya melihat dari berbagai perspektif
Murid yang memiliki dimensi berkebhinekaan Global diharapkan terbuka akan perubahan dengan tetap mempertahankan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Sikap toleransi dan berempati saat berinteraksi dapat dipupuk sejak dini melalui pembiasaan sehari-hari ya
Ibu dan bapak guru, yuk sama-sama Belajar agar murid-murid kita bisa menemukan contoh konkrit disekitarnya
Salam dan bahagia
Link Video Silahkan Klik Disini