Dimensi Berkebinekaan Global


Dimensi Berkebinekaan Global

Salam dan bahagia ibu dan bapak guru 

Mendengar kata Bhineka mungkin hal yang terlintas dibenak kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, semboyan dari bangsa Indonesia semangat tersebut tumbuh karena Indonesia adalah negara yang kaya keragaman mulai dari etnis, suku, bahasa agama, kepercayaan, hingga kelompok identitas lainnya 

Perbedaan-perbedaan yang ada ini bukan menjadi sebuah ancaman melainkan sebagai kekayaan yang saling melengkapi dan menyatukan bangsa Indonesia

Nah sebagai pendidik tentu penting untuk menciptakan suasana belajar yang membuat murid-murid peka dan menghormati kebhinekaan tanpa harus kehilangan jatidirinya  

"Teman-teman, kalian sudah tahu belum kemarin saat ia jatuh dan tangannya patah" 

"Astaga lalu sekarang keadaannya Bagaimanakah?"

 "Kemarin dia sempat dibawa ke dokter dan diperban tapi sekarang kata Ibunya sudah di rumah kok"

"Wah kalau gitu Bagaimana kalau kita jeNGUK Satya ke rumahnya"

"Ide yang bagus itu enaknya kita bawakan apa ya?" 

"Menurut yang aku baca kalau orang patah tulang sebaiknya makan makanan berprotein tinggi"

"Kalau sate maranggi gimana?" 

"Eh jangan keluarga Satya tuh tidak mengkonsumsi daging"

"Mungkin kita bisa cari makanan dari kacang-kacangan"

"Uh aku rasa banyak makanan tradisional Indonesia yang merupakan olahan kacang, Bagaimana kalau halwa kenari khas Ternate?" 

"Oh iya ide bagus itu mungkin kita juga tambah minuman segar seperti es buah. Selain protein orang yang baru patah tulang juga perlu banyak vitamin"

"Wah iya ya, kalau gitu Bagaimana kalau kita berbagi tugas, ada yang beli kue halua dan ada yang membuat es buah" 

"Oke Setuju, Saya saja yang buat es, buah nanti buatnya di rumahku saja"

"Oke aku ikut Daya membuat es buah"

"Oh iyo Nanti berangkatnya setelah baik salat saja"

"Terima kasih teman-teman" 

"Eh iya ngomong-ngomong Swasti kita ajak juga yuk"

"Eh Swasti, Satya tangannya patah dan kami berencana menjenguknya nanti, kau mau ikut?" 

"Oh ya ampun kasihan sekali Satya patah karena apa ya?, Tapi maaf aku sepertinya ndak ikut kalian"

"katanya patah karena jatuh terpeleset di rumahnya"

"Eh kenapa swasti tidak ikut ya?"

"Aku kan juga tidak sering ngobrol dengan Satya,  kami tidak Sedekat Itu, jadi kayaknya akan jadi canggung kalian saja deh yang pergi"

"Sasti, sebenarnya sih menurutnya tidak apa-apa ya, menjenguknya tuh walau tidak terlalu dekat sekalipun Soalnya kan kamu tidak sendiri toh. Kita beramai-ramai sejak datangnya tuh" 

"Tapi aku tidak nyaman nih, apalagi ini ke rumahnya langsung"

"Ya sudah Swasti kalau memang kamu merasa seperti itu,Tak apa, kami tidak memaksamu juga"

"Begini saja kalau kalian ingin membawakan sesuatu untuknya, aku ikut patungan yuk, Tapi maaf aku nggak bisa ikut kalau menjenguknya"

"Ya sudah tidak apa-apa swasti terima kasih ya. Nanti kalau begitu kita kabari lagi ya setelah selesai hitung-hitung patungan nya" 

Wah menarik sekali ya melihat obrolan para murid kita ini. Ketika ada teman yang sakit mereka begitu peduli bahkan merekapun saling berbagi tugas untuk menyiapkan makanan dan minuman yang akan dibawa saat menjenguk tidak sekedar asal memilih mereka juga mempertimbangkan tradisi yang dipegang teguh oleh keluarga temannya 

Selain itu jika kita perhatikan lebih dalam mereka juga memberi kesempatan pada teman yang berbeda agama darinya untuk beribadah terlebih dahulu.

Tak hanya itu pada adegan selanjutnya ketika ada teman yang ternyata enggan menjenguk karena memiliki perbedaan pandangan, mereka juga berusaha tetap menghargai pilihan teman tersebut.

Nah dari adegan-adegan sebetulnya kita bisa melihat Bagaimana perbedaan itu dimaknai dan disikapi secara positif baik dari perbedaan tradisi, agama, hingga pendapat personal pun nyatanya perbedaan yang ada tidak menghalangi murid-murid kita tadi untuk tetap bisa berteman, berempati, bahkan berbagi

Di sinilah sebetulnya salah satu contoh cerminan nyata mengenal dan menghargai budaya 

"Eh ada teman-temannya Satya masuk nak, Satya Ada teman-temanmu nih" 

Ya ampun, Terima kasih ya kalian sudah repot-repot datang ke sini" 

"Ah tidak repot kok, kek mana keadaanmu Satya?"

"Sekarang sudah tidak terlalu sakit ko, hanya memang masih terbatas kalau mau bergerak terutama untuk mengangkat benda yang berat" 

"Eh ya ini kami ada bahwa sedikit cemilan nih" 

"Ya ampun Terima kasih banyak ya teman-teman, ngomong-ngomong saat dia tadi aku lihat pagar rumahmu kok unik sekali"

"Pintu itu namanya aku Angkul-angkul, kalau di Bali gerbang rumahnya biasanya ada ukiran-ukiran khusus dengan mana-mana tertentu, Oh iya ini juga ada gamelan slonding alat musik khas Bali turun temurun dari kakek buyutku"

"Satya kamu bisa main alat itu?"

"Ya bisa sih karena di keluargaku dari kecil Kami belajar berbagai kesenian Bali"

"Iya menarik sekali"

"Daya kamu juga akan banyak mengenal budaya Kalimantan itu membanggakan juga loh sebagai anak Indonesia. Kita memang perlu terus belajar dan melestarikan budaya kita"

"Setuju, walaupun saat ini banyak sekali pengaruh budaya luar kita tidak boleh meninggalkan budaya kita sendiri Le, termasuk bahasa nasional kita, bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah, jadi Biarpun kita belajar bahasa asing Mari kita tetap keras menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sambil tidak lupa melestarikan bahasa daerah" 

Wah lagi-lagi kita dibuat tersenyum Ya melalui pertemanan mereka. Tidak hanya bisa menghargai satu sama lain mereka juga menunjukkan rasa bangganya sebagai anak Indonesia. Dengan sikap seperti ini sesungguhnya mereka telah menunjukkan nasionalisme yang kuat yang akan menjadi bekal yang baik dalam berkompetisi di dunia Global kedepannya  

Berita terkini 

Sore ini telah terjadi gempa bumi di Halmahera berkekuatan 7,2 skala Richter gempa tersebut berlangsung selama dua hingga lima detik. 

"Astagfirullah gempanya besar itu"

"Ya semoga semuanya bisa tertangani ya"

"Eh ngomong berita penting kayak begini tuh menurut saya masih sedikit sekali yang ada penerjemah bahasa isyaratnya tuh"

"Iya betul juga, Padahal mereka yang tuli juga berhak mendapatkan informasi dan hiburan seperti kita" 

"Iya dan tak hanya itu kalau dilihat lebih luas lagi menurutku masih banyak PR kita untuk memberikan akses yang setara bagi para penyandang disabilitas" 

"Wah aku jadi terpikir ide Bagaimana kalau kita belajar bahasa isyarat bersama-sama. Mungkin kita bisa cari dari buku atau video tutorial di internet aku rasa sudah banyak sih" 

Nah ibu dan bapak guru dari percakapan mereka ini kita bisa melihat bahwa ternyata kebhinekaan itu luas sekali ya, bukan hanya keragaman budaya dan agama melainkan juga keragaman kondisi fisik. 

Dari pertemanan tokoh-tokoh tadi sebenarnya setelah menjadi contoh nyata dari pelajar Indonesia yang memiliki dimensi berkebhinekaan Global 

Dimensi tersebut penting untuk dimiliki para pelajar kita sebagai modal bagi mereka untuk menghadapi dunia kelak dengan berbagai situasi dan keragaman yang tak bisa dihindari mereka bisa tetap memiliki identitas diri dan menempatkan dirinya sebagai sosok yang dapat berinteraksi secara positif dan menjadi pembawa damai ketika hidup berdampingan dengan orang lain

Jika ibu dan bapak guru menemukan situasi yang homogen, peran kita justru menjadi pemberi paparan yang luas tentang kebhinekaan sebaliknya jika situasi yang ada sudah keanekaragaman, ibu dan bapak guru dapat membangun dimensi ini sembari mempraktikkan langsung 

Dengan membangun keempat elemen tersebut secara positif Niscaya akan lahir profil pelajar Indonesia yang akan terus memegang teguh nilai-nilai luhur Pancasila dan semangat nasionalisme, serta turut berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis, inklusif dan berkelanjutan 

Mereka akan menjadi sosok yang bangga menjadi Indonesia tanpa stereotip, intoleransi, dan kekerasan terhadap kelompok yang berbeda dari dirinya 

Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat 

Salam dan bahagia 

Link Video Silahkan Klik Disini